Mengenai Saya

Foto saya
Kumai, Yogyakarta, Kotawaringin Barat,Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia
Aku adalah titik rupawan........... Berdiri tegak diatas semua kata.... Mengakhiri dan mengawali barisan – barisan ujaran...... Tak terpaku...........Tak juga bisu... Aku adalah titik rupawan........... Hampir tak terlihat namun penuh manfaat..... Bukankah kacau barisan itu tanpa keberadaanku ?..... Bukankah tak akan ada akhir tanpa persemayamanku ?..... Tidakkah tak akan dimulai sebuah kalimat tanpa akhiranku...... Aku adalah titik rupawan......... Berbagi tanpa peduli sebuah pengakuan adalah hakikatku.... Memberi arti , berjuta guna adalah konsep hidupku........ Hanya setitik rupawan namun dipentingkan.. Karena aku berdiri di semua golongan...... Golongan A , B , C .atau sampai Z pun aku takkan peduli... Sebab aku adalah titik rupawan.......... Berangkat dari kekurangan , menjadikannya suatu kelebihan.... akulah sang ivan bastian... Sang perindu Bunda, sang perindu abah.......... Sang penakluk malam-malam sunyi,,,,,,,,,sang penakluk tegarnya pagi,sang penakluk getirnya siang,,,,,,,,,,,,,,,Bismillahirrahmanirrahim,,,,,,Sang penakluk mimpi.........Amin ya robbal Alamin,,,,

Menurut Anda, seberapa pentingkah arti sebuah kampung halaman?

Jumat, Januari 02, 2009

DULU ORANG MALAYSIA BUKAN SEPERTI ORANG INDONESIA SAAT INI

Dapet dari baca-baca internet....Mudahan bermanfaat bagi semua...amin,,,,,,,,,,


Aku inget ketika dulu bertemu kawan orang Malaysia di Brunei tujuh tahun lalu ketika saya bekerja di Brunei Shell Petroleum. Dia cerita tentang kondisi Indonesia dan Malaysia. Saya waktu itu menyanjung Malaysia yang akhirnya mendahului Indonesia. Kawan saya yang sama-sama menjadi pendatang di Brunei ini sering aku ajak ngobrol.
Obrolannya begini,
“Wah Malaysia sekarang hebat ya, sudah punya gedung tertinggi di dunia“. Waktu itu saya masih katrok banget, belum pernah melihat Twin Tower.
“Kata bapak saya dulu, Malaysia ya seperti Indonesia.” Kawan saya ini menceritakan obrolan dengan bapaknya sewaktu dia masih di KL.
“Waktu dulu itu,banyak orang Malaysia yang merasa rendah diri kalau dibandingkan dengan Indonesia. Jadi orang Indonesia saat ini merasakan seperti perasaan orang Malaysia jaman bapak saya masih muda” …. Saya ya cuman manggut-manggut saja
“Tapi apa menurut kamu ini hanya tukar balik saja ?“, tanya saya
Lantas dia menjawab. “Bisa saja suatu saat nanti Malaysia dibawah Indonesia, dunia kan cuman begitu saja”
“Bisa jadi , lantas menurut kamu bagaimana dengan Indonesia saat ini ?“
“Ketika saya bertanya pada bapak saya, beliau bilang bahwa ada beda antara sikap orang Indonesia dan orang Malaysia“
“Apa itu?“, tanya saya.
“Orang Indonesia sekarang banyak rendah diri tetapi juga menjelekkan bangsanya sendiri. Sedangkan orang Malaysia ini juga waktu itu juga rendah diri, tetapi tidak bersikap menjelekkan bangsa dan negaranya sendiri” … tentunya dengan logat melayunya lah. Yang nada naik turunnya mirip orang Sumatra.
“Wah !” … aku kaget lah
“Betul, Orang Malaysia itu sering terlalu berlebihan melihat dirinya sendiri.” Tambahnya. “Bahkan kamu heran kalau melihat orang Malaysia tidak merasa dijajah Inggris, kan ?. Ini mungkin karena orang Malaysia memang tidak membenci siapa pendahulunya”
Dalam hati aku jadi mikir, “Emang orang Indonesia selalu membenci masa lalunya. Belanda dibenci Soekarno. Soekarno dimusuhi Soeharto. Soeharti dimusuhi reformis …dan seterusnya. Yang ada membenci orang masa lalu“.
Iya kan ?.
Jadi itulah bedanya Malaysia dulu sewaktu masih tertinggal dengan Indonesia, mereka tidak pernah menjelekkan pendahulunya, pemerintahan, negara maupun bangsanya sendiri.
“I learnt a lot from this country !“
Disadur dari mangkuyudan.com
(dongenggeologi.blogspot.com